Puisi dan sajak adalah dua karya sastra yang memiliki kemiripan. Kebanyakan orang menganggap kedua karya sastra ini adalah sama, padahal keduanya berbeda. Perbedaannya memang tidak secara mutlak terlihat. Hal inilah yang menyebabkan keduanya dianggap sama. Satu kunci untuk mengingatnya adalah sajak pasti merupakan puisi, akan tetapi puisi tidak pasti merupakan sajak. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi perbedaan puisi dan sajak, berikut dipaparkan beberapa hal dari puisi dan sajak.
1. Perbedaan Berdasarkan Pengertian
- Puisi
Istilah puisi berasal dari bahasa Belanda, yaitu dari kata “poezie”. Akan tetapi jika dilihat dari segi etimologinya, kata puisi berasal dari kata “poesis” (bahasa Yunani) yang berarti penciptaan. Atau dalam bahasa Inggris berasal dari kata “poetry“. Puisi dapat diartikan sebagai bentuk karya sastra yang disusun atas kata yang indah, bermakna, dan terikat oleh beberapa aturan. Sebagai kata “poetry“, puisi cenderung dipasangkan dengan prosa.
Puisi mengandung arti yang lebih umum, bahkan puisi dapat muncul dalam suatu cerpen, karangan, atau novel. Misalnya sering ada istilah “kalimatnya puitis sekali”. Hal ini menunjukkan bahwa puisi bukan selalu merupakan karya sastra yang berdiri sendiri. Puisi diartikan sebagai susunan kata indah yang bermakna dan terikat dengan aturan serta unsur bunyi.
- Sajak
Sebuah kata dalam bahasa Belanda juga ada yang berarti sajak yaitu kata “gedicht”. Dalam bahasa Inggris, sajak dikenal dari kata “poem”. Sajak merupakan puisi yang berdiri sendiri atau bersifat individu. Sajak memiliki arti yang lebih luas daripada puisi. Hal ini karena sajak lebih berkaitan dengan bunyi pada kalimat di dalamnya. Dalam sajak, antar kata saling berasosiasi karena persamaan bunyi. Pesan yang disampaikan juga tidak berinterpretasi dan bertafsir-tafsir.
Pendefinisian sajak telah diungkapkan oleh penyair Boris Pasternak dalam sajaknya yang berjudul Batasan Sajak. Berikut uraian sajaknya:
sajak adalah siul melengking suram
sajak adalah gemertak kerucut salju beku
sajak adalah daun-daun menges sepanjang malam
sajak adalah dua ekor burung malam menyanyikan duel
sajak adalah manis kacang kapri mencekik mati
sajak adalah air mata dunia diatas bahu
Berbeda dengan Boris Pasternak, Chairil Anwar memandang sajak sebagai suatu alat kemana ia menuju setelah lari dari gedong lebar halaman, dan ketika tersesat tak dapat jalan.
2. Perbedaan Berdasarkan Pengungkapan Kata
- Puisi
Berdasarkan pengungkapan kata-katanya, puisi mengungkapkan makna secara implisit, secara samar, dan hanya sekedar tersirat. Kata-kata yang digunakan secara dominan menggunakan majas atau cenderung memiliki arti konotatif. Penggunaan arti konotatif dalam puisi ini mengundang pembaca untuk berimajinasi sesuai interpretasi mereka masing-masing. Puisi sering memberikan ilusi kepada pembaca tentang keindahan, membawa pembaca dalam angan-angan, menciptakan suatu gagasan sesuai suasana ketika membaca puisi.
Berikut adalah contoh puisi karya WS Rendra dalam judul Mata Hitam.
Dua mata hitam adalah matahati yang biru
dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam
- Sajak
Dalam hal pengungkapan kata, sajak secara dominan dipengaruhi oleh unsur lagu, irama, keharmonisan bunyi. Makna yang disampaikan dalam sajak tidak hanya secara tersirat tetapi menyangkut keseluruhan isi.
Berikut sajak karya Affrini Adham dalam sajaknya yang berjudul Malaya Pasti Merdeka.
Keseluruhan dari keadaan dan kenyataan
keseluruhan dari kesanggupan dan kebenaran
keseluruhan dari kemungkinan dan kepastian
perpaduan – pendirian – pengorbanan dan perjuangan
-telah benar-benar membangunkan kepercayaan
-telah benar-benar menimbulkan harapan
“Bahawa kemerdekaan yang sekian lama kita perjuangkan
telah dekat – mendekati kita
telah tegas dan nyata
terbayang di hadapan mata
Malaya! Pasti merdeka”.
Kita pasti merdeka!
Kita adalah manusia berbangsa dan bernegara!
Kita bukan boneka!
Kita pasti merdeka
di atas “hak pertuanan” kita
selaras dengan kemerdekaan di mana-mana
sebagai manusia-manusia lain yang berbangsa dan punya negara
Malaya pasti merdeka –
di atas keseluruhan – hak-hak kenegaraannya.
3. Perbedaan Berdasarkan Keterikatan Aturan
- Puisi
Puisi (terutama puisi lama) terikat pada aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata dan rima. Bahkan puisi (lama) cenderung terlihat sangat kaku karena keterikatannya terhadap aturan yang ada. Contoh:
Syair Pendidikan
Wahai engkau para pemuda,
Engkaulah pewaris bangsa,
Giatlah belajar sepanjang masa,
Untuk membangun bangsa negara,
Ilmu bukanlah untuk harta semata,
Ilmu tak akan lekang oleh usia,
Sebab ilmu akan membuatmu terjaga,
Dan ilmu akan membuatmu dewasa,
Belajarlah tanpa malas,
Hormatilah semua penghuni kelas,
Masa depan perlu kerja keras,
Kalau perlu energi terkuras,
Hormatilah para guru,
Pandanglah sebagai orang tuamu,
Ilmu senantiasa akan masuk dalam kalbu,
Bersama berkah untuk jiwamu.
- Sajak
Sajak merupakan karya sastra yang tidak terlalu terikat dengan aturan-aturan seperti pada puisi (lama). Karya sastra sajak juga mementingkan keselarasan bunyi sehingga sajak lebih dikenal sebagai persamaan bunyi. Contoh:
Malam itu
Terdengar lagi tangisan sendu
Siapakah beliau
Untaian kata memecah kalbu
Derap langkah tanpa tersipu
Jantung ini terus menderu
Oh Ibu..
Sujudmu
Doamu
Kenapa selalu untukku
Anakmu.
Komentar
Posting Komentar